Sepenggal Kisah Jalan Braga Bandung
ruangmistis.xyz – Kawasan Jalan Braga di Kota Bandung selamanya mempesona bersama aktivitas ramai masyarakatnya. Dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua bergaya Eropa, Jalan Braga menjadi magnet bagi para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Sejak era pemerintahan Hindia Belanda, Jalan Braga sudah mencuri perhatian dan kini selamanya menjadi salah satu ikon kota Bandung bersama sebutan Parijs van Java. Namun, di balik pesonanya, kawasan ini menaruh lebih dari satu kisah menarik yang tercatat dalam sejarahnya.
Jalan Braga dulu dikenal bersama sebutan Jalan Culik atau Jalan Pedati terhadap awal abad ke-20. Istilah “Jalan Culik” nampak dikarenakan kondisi sepi, lebih-lebih terhadap era 1800-an, disaat jalur ini cuma digunakan untuk pengangkutan kopi.
Dinamakan Jalan Culik, dijabarkan Ridwan Hutagalung, Penggiat Komunitas Aleut (Komunitas Penggiat Sejarah), bahwa Jalan Culik merupakan arti dari bukunya Pak Haryoto Kunto di buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.
“Kata Pak Kunto, orang menakut-nakuti agar jangan lewat jalur itu, terlalu sepi, banyak pohon besar, engga jelas apa yang bisa berlangsung di sana. Ini seluruh sebelum akan perkembangan modern Jalan Braga di awal th. 1900-an,” kata Ridwan, kala dihubungi lewat sambungan telefonnya lebih dari satu kala silam oleh redaksi Okezone.
Masyarakat mengimbuhkan label angker dikarenakan sepi dan pohon-pohon besar yang rimbun di sepanjang jalan. Pertumbuhan Jalan Braga makin pesat sejak awal abad ke-20, menjadi pusat pertokoan utama di Bandung, lebih-lebih untuk kalangan orang Eropa.
Namun, di tengah kemajuan tersebut, terkandung kejadian tragis layaknya peristiwa Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) terhadap 23 Januari 1950. Kelompok milisi APRA di bawah pimpinan Raymond Westerling memasuki kota Bandung, lakukan pembantaian terhadap orang-orang yang mengenakan seragam TNI.
“Ya ada banyak foto dari era APRA (Westerling, 1950) yang bergambar mayat-mayat di lebih kurang Jalan Braga,” katanya.
“Dan konon (enggak ada bukti fisik yang cukup meyakinkan) dulu berlangsung pembantaian laskar pemuda terhadap era revolusi. Laskar ini terhadap bersembunyi di Kampung Afandi (di kawasan Braga). Saat ketahuan, mereka dibantai dan lebih dari satu kampungnya dibakar,” imbuhnya.
Meski mengandung catatan kelam, Jalan Braga termasuk menjadi saksi sejarah fenomenal bersama kunjungan Ayah Ratu Elizabeth II dan Lord Mountbatten, Komandan Pasukan Sekutu di Asia Tenggara, ke Hotel Wilhelmina.
Saat ini, Jalan Braga selamanya menjadi destinasi wisata yang menarik, menyambut pengunjung bersama bangunan-bangunan dan desain batuan andesit yang mengundang untuk berfoto, apalagi seringkali dijadikan lokasi syuting film.