Cerita Mistis Gunung Wijil Klaten
ruangmistis.xyz – GUNUNG Wijil sebetulnya terdiri dari sejumlah wilayah yang digunakan ngalap berkah. Salah satunya tempat peristirahatan kerabat Keraton Surakarta adalah Astonohargo Mulyo Gunung Wijil.
Lokasi ini merupakan makam lumayan terkenal dalam syiar Islam yakni makam Syeh Joko yang merupakan murid Joko Tingkir yang termasuk cikal akan ada makam ini.
Selain itu, tersedia makam Ki Ageng Lokojoyo maupun makam Raden Ayu Yudorono yang merupakan makam Nyai Sedah Merah yang selama hidupnya tidak mempunyai suami.
Tak heran wilayah Gunung Wijil ini sendiri banyak digunakan orang-orang ngalap berkah jadi dari idamkan melacak kekayaan harta benda atau penglarisan atau orang profesi atau derajat pangkat tertentu yang dicita-citakan mereka sebelumnya termasuk melacak pesugihan atau idamkan kaya secara spontan tanpa bekerja keras.
Terutama di malam tertentu di penanggalan Jawa layaknya malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon banyak pengunjung di makam ini yang berasal dari sejumlah kota mampir untuk ngelap berkah sudah pasti dengan kemauan yang bersih dan sunguh-sunguh sudah pasti akan terkabulkan.
Jika para orang peziarah yang ngalap berkah di wilayah ini bisa dikatakan sukses atau sukses, dia kebanyakan akan ditemui sosok hewan bersifat anjing merah yang merupakan klangenan dari penghuni penguasa Gunung Wijil. Namun tersedia sejumlah pantangan yang wajib dipatuhi para pengunjung yang idamkan berziarah ke makam ini. Salah satunya pengunjung wanita yang sedang mampir bulan dilarang masuk ke makam.
Jika nekat dilanggar kebanyakan akan didatangi makhluk aneh dan mengerikan yakni manusia bersisik dan berkepala ular yang mampir dalam mimpinya dan larangan mengenakan perhiasan apa pun. Di kira-kira kompleks makam ini sendiri terkandung lebih dari satu tanaman yang bernama Widoro, yang dipercaya sebagai obat herbal bagi penderita sakit perut, mual-mual serta gejala masuk angin.
Namun pohon selanjutnya termasuk dipercaya punya aura gaib dari tokoh makam di kompleks, mengingat masyarakat kira-kira berasumsi kerabat keraton adalah titisan dari dewa. Sehingga makamnya pun diakui masih mempunyai energi magis tertentu.
“Saya mendengar banyak cerita atau nada dari masyarakat yang katanya di tempat Gunung Wijil banyak fenomena yang begini begitu. Saya waktu ini mampir ke Gunung Wijil idamkan menyatakan apa yang kerap saya dengar baik dari masyarakat Gunung Wijil lebih-lebih dari luar,” kata Agus, pengunjung makam.
“Kalau untuk wisata religi, tersedia tempat-tempat untuk berziarah. Ada tiga titik yang sebetulnya terpandang yang kebanyakan untuk lakukan ritual atau sekadar ziarah,” katanya.
Di kompleks ini dikenal tersedia dua wilayah dengan julukan golongan putih dan hitam. Jika golongan hitam adalah wilayah luar kompleks makam yang masih satu bukit terkandung gua pesugihan yang terkenal dengan wilayah buto ijo sebagai fasilitas pesugihannya jaraknya tidak cukup lebih 500 meter dari kompleks makam.
Batu yang bersifat sama buaya atau dalam bhs Jawa watu boyo, konon sebagai kontak gaib dengan maklhuk pesugihan keliru satunya buto ijo waktu bulan purnama.
Menurut mitos pintu gua bisa terbuka sendiri dan bagi yang bisa lihat dari sisi gaib lokasinya gua ini sama sebuah keraton yang indah.
Buto ijo sendiri bersifat besar dan berkulit hijau serta punya taring gigi yang besar dan mata merah serta melotot. Mitosnya orang yang berani lakukan ritual di tempat ini wajib berani mengikat kontrak gaib dengan tumbal tertentu layaknya nyawa atau perihal penting lainnya maka keinginanya untuk cepat kaya termasuk akan terwujud.
Namun yang mampir ke wilayah gua ini untuk ritual kebanyakan mereka mempunyai pemandu ritual pesugihan sendiri yang dipercaya gara-gara wilayah ini tidak tersedia juru kuncinya. Mereka pun lakukan ritual dengan perjanjian dengan penunggu buto ijo dengan mempunyai sesaji jadi kemenyan dan kembang tiga rupa.
“Gunung Wijil itu keliru satu gunung yang kecil itu bagian dari anak Gunung Lawu yang bertempat di sini. Selain berada di kira-kira hutan, gunung ini punya dua gua,” kata Nukdiyono.
“Orang yang pertama kali mengimbuhkan nama Gunung Wijil ini adalah erang Pramijil. Eyang Pramijil ini adalah kerabat dari Joko Tingkir. Jadi kisaran Wijil ini ditemukan terhadap waktu kerajaan Pajang,” katanya.
“Kalau pendapat saya perihal pesugihan di sini itu nggak ada. Adanya orang ritual permintaan, apabila orang cari derajat diangkat atau kewibawaan atau pelarisan buat dagang di makam Gunung Wijil ini,” kata Juru Kunci Gunung Wijil.
“Kalau mitos mengenai pesugihan buto ijo itu sebetulnya nggak ada, setahu. Saya di sini tidak cukup lebihnya 25 tahun. Soal peziarah tersedia yang mampir dari Lampung, Jakarta, Jawa Timur, Jogja, Purwodadi. Biasanya mereka melacak pelarisan, derajat dan kewibawaan,” katanya.
Saat ini wilayah Gunung Wijil sudah jadi diubah pembangunannya oleh pemerintah desa setempat. Sebagian wilayah di bagian bawah bukit jadi dibangun sebagai tempat spot wisata, selfi, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan perekonomian warga sekitar. Namun gara-gara masih dalam pandemi covid-19 sehingga wilayah ini masih ditutup sementara.