Tempat Keramat Wonogiri Yang pernah Di Datangi Raja
ruangmistis.xyz, Tempat Keramat – KABUPATEN Wonogiri, Jawa Tengah, membawa cerita atau kisah tersendiri pada era lalu. Sejumlah daerah di Wonogiri pernah dikunjungi oleh lebih dari satu raja pada era Kerajaan Islam di Jawa.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, mengatakan daerah di Wonogiri yang pernah dikunjungi para raja dibuktikan bersama terdapatnya petilasan dan pesanggrahan.
Selain itu termasuk didasarkan pada cerita rakyat yang diwariskan dan memori kolektif masyarakat.
1. Kahyangan
Lokasi yang selagi ini menjadi wisata religi itu bertempat di Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Berdasarkan cerita rakyat, raja yang pernah mendatangi Kahyangan yakni Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram.
Dennys mengatakan sebelum akan menjadi raja, Panembahan Senopati bertapa pernah di Kahyangan. Saat bertapa di sana, ia mendapat wahyu atau pulung dan bersua bersama penguasa ratu selatan. Kemudian berlangsung perjanjian gaib antara keduanya.
“Dalam pertemuan itu, Panembahan Senopati diberi panduan atau titah jika dirinya dan keturunannya bakal menjadi raja Jawa,” kata dia kepada Solopos.com, Sabtu (7/8/2021).
Ia menuturkan, Panembahan Senopati ke Kahyangan pada abad ke-16. Hingga kini Kahyangan dibawah pengelolaan Keraton Yogyakarta walaupun lokasinya berada di Soloraya. Sebab pernah tersedia jatah daerah yang diakui keramat dan mempunyai nilai religius.
“Saat ini Kahyangan ditetapkan sebagai daerah spiritual. Setiap tersedia perihal atau acara digelar di sana. Kahyangan dijadikan daerah yang mempunyai nilai religius bagi Kerjaan Mataram,” kata dia.
2. Sendang Siwani
Tempat berbentuk sumber mata air itu berada di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri, Wonogiri. Sendang itu menjadi petilasan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau Raden Mas Said (RMS), pendiri Praja Mangkunegaran.
“Sendang Siwani menjadi daerah yang digunakan RMS dan pasukannya. Selain di sana, Kecamatan Selogiri termasuk menjadi pusat membangun kemampuan RMS selagi itu. RMS di Wonogiri mulai 1755 hingga 1757,” kata dia.
3. Pesanggrahan Bubakan
Di Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Wonogiri terdapat sebuah pesanggrahan. Dennys mengatakan, pesanggrahan itu dibangun oleh Raden Mas Said (RMS) atau Pangeran Sambernyawa. Bangunan itu dibangun selagi RMS membangun kemampuan di daerah selatan yang berpusat di Nglaroh, Kecamatan Selogiri.
Dimungkinkan, pesanggrahan itu dibangun untuk daerah menyendiri, menenangkan diri atau daerah berlibur raja. “Kini pesanggrahan itu sudah berbentuk rumah yang dibangun bersama tembok,” ungkapnya.
4. Candi Pasimaran
Candi itu berada di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri tepatnya berada di sebarang Terminal Jatisrono. Pasalnya bangunan itu tersedia sejak 1800-an. Masyarakat kira-kira berasumsi bangunan itu candi sebab bentuknya menyerupai candi.
Namun, menurut Dennys, bangunan itu dibangun pada era Kerajaan Islam. Di sisi lain, biasanya candi dibangun pada era Kerajaan Hindu dan Budha. Dimungkinkan selagi membangun masih terbujuk bersama kentalnya budaya Hindu dan Budha.
“Dimungkinkan pernah dijadikan daerah pesanggrahan. Masyarakat mengatakan petilasan Raden Mas Said. Namun tersedia misinterprestasi. Sebab bangunan itu tersedia setelah nyaris seratus th. setelah RMS meninggalkan Wonogiri. Dimungkinkan bangunan itu petilasan Mangkunegera IV,” papar dia.
5. Kawasan Mento-Toelakan
Mento-Toelakan kini menjadi nama Dusun Mento dan Dusun Tulakan, Desa Wonoharjo, Kecamatan Wonogiri, Wonogiri. Pada zaman Hindia-Belanda di kawasan itu berdiri perusahaan serat terbaik dan terbesar. Perusahaan itu bernama Cuultur-Maatschappij Mento Toelakan atau _Onderneming_ Mento Toelakan, berdiri mulai 1897 hingga akhir 1940-an.
Paku Buwana X pernah mendatangi perusahaan itu sebab daerah itu berbatasan lokasi punya Mangkunegaran dan Kasunanan. Selain itu, Paku Buwana X membawa kedekatan bersama Kepala Administrator Onderneming Mento Toelakan, Blankwaardt.
“Kedekatan antara keduanya sebab Blankwaardt menyukai kebudayaan jawa. Ia membawa seperangkat wayang kulit bersama peralatan untuk memahat kulit menjadi wujud wayang,” kaya Dennys.