Petaka Dukun Beranak

ruangmistis.xyz – Kisah horor nyata lantas dikutip berasal dari buku Mereka hadir yang ditulis oleh MWV Mystic. Kali ini, datang kisah perihal dukun beranak. Mari kami tengok kisahnya!
Cerita ini hadir dari sudut pandangku, seorang anak berasal dari keluarga yang turun-temurun berprofesi sebagai dukun bayi. Sejak kecil, aku udah terbiasa bersama dunia yang tak kasat mata. namun pengalaman aneh yang merubah hidupku di awali dikala saya berumur 10 tahun.
Waktu itu, saya berbarengan ibu dan paman pergi ke Desa Majasto, Sukoharjo, kampung halaman Mbah Buyut. Di perjalanan, paman tiba-tiba bicara “Si Dimas dipegangi Mbaureksone, puas identik howone anakmu.” Tak lama sehabis kita lewat gapura desa, saya menyaksikan sosok kakek berambut putih melayang, mengejar motor kita sambil mendapatkan tanganku. saya yang masih polos menyambut tangannya. sekejap motor kami jatuh meski jalanan mulus. Pamanku langsung menarikku dan bicara pelan kepada sosok itu, “Maaf, bocah ini turunane wong kene, ampun diganggu.” Kakek itu menyeringai… lalu lenyap.
Sesampainya di tempat tinggal Mbah Buyut, aku terkesima. tempat tinggal itu reyot dan menyeramkan. Ibuku menegurku supaya tidak berbicara asal-asalan saat itu, hal ganjil kembali berjalan Mbah Buyut yang sudah terlalu tua, tiba-tiba berlari lincah ke dapur, padahal selayaknya tak dapat jalan jauh. Anehnya, disaat ibu memanggil berasal dari dapur, nada Mbah menjawab berasal dari kamar.
Kami pun masuk ke kamar itu, dan saya disuruh menghisap rokok berasal dari daun jagung. Setelahnya, pandanganku berganti sosok kakek tadi ulang nampak ditemani perempuan berbaju merah dan beberapa anak kecil yang menatapku. Mereka bukan manusia.
Kami pulang bersama mempunyai sesuatu di dalam bungkusan misterius. Tak lama sehabis kunjungan itu, Mbah Buyut wafat. selanjutnya anehnya, ibuku tiba-tiba dapat memijat dan menjadi dukun bayi, tanpa dulu studi Seminggu lantas keadaan ibu memburuk. ketika aku membuka lemari yang berguncang di kamarnya, aku menemukan bungkusan berisi batu hitam dan dua tulang layaknya cakar ayam. saat aku mengeluarkannya, lemari berhenti berguncang.
Malamnya, aroma amis dan bunga tercium kuat berasal dari kamar ibu. Di sana, tiga sosok yang sama juga nampak ulang kali ini dengan muka marah. Mereka mendekatiku. saat saya mundur keresahan Mbahku ada mengambil bungkusan tadi dan menutup pintu kamar. Ibu yang semakin lemah sempat berkata “Le, maaf… sok gak iso ngancani waktu koe rabi.” lalu antara pukul 11.45 malam, ibu meninggal dunia.
Tiga sosok gaib itu berdiri di samping jenazah ibu, lalu pergi begitu saja. Tak lama, Mbah bicara “Anakku wedok mati. Let sedelok lag saya genti.” Dan benar, 14 hari lantas Mbah menyusul ibu. semuanya terjadi bersama perihal yang identik kesurupan, aroma aneh, dan kemunculan tiga sosok itu lagi.
Saat tempat tinggal dibersihkan, ditemukanlah roti yang hilang disaat pengajian kematian ibu, ternyata tersimpan dalam lemari Mbah, dibungkus kain mori. Paman membuang bungkusan hitam berisi benda gaib itu.
Kami kira seluruh nya selesai.
Tapi tidak.
Ketiga sosok itu tak pernah memang pergi. Mereka masih mencariku. melacak siapa yang pantas melanjutkan warisan keluarga sebagai penjaga mereka.
Dan mungkin mereka sudah pilih