Ngopi di Alas Roban Ditemani Wanita Berdaster Putih
ruangmistis.xyz, Ngopi – JALUR Alas Roban menghubungkan antarkota di Jawa Tengah. Jalanan yang curam disempurnakan pepohonan lebat di sekitarnya, memicu suasana mistis terlalu terasa.
Banyak orang yakin bahwa Alas Roban jadi tidak benar satu jalan terseram di Indonesia. Apakah Anda tidak benar satunya?
Dalam video berjudul “TAMBAL BAN GAIB — KISAH MISTERI DI ALAS ROBAN” yang diunggah oleh channel RJL 5pada 5 September 2020, host channel bernama Wahyu menceritakan kisah nyata yang dialami oleh pamannya kala melalui Alas Roban.
Kejadian menyeramkan itu berjalan terhadap tahun 2000, selagi paman Wahyu sebut saja Agus hendak pulang ke Semarang berasal dari Jawa Barat. Kebetulan tersedia satu temannya bernama Rifkan menghendaki turut pulang bersamanya naik mobil. Di tahun 2000 jalan tol belum ada, supaya hanya satu jalan yang bisa dilewati adalah Jalur Alas Roban ini. Jalur Alas Roban terhadap selagi itu tetap berkelok-kelok dan curam.
Agus dan Rifkan sampai di Brebes terhadap pukul 23.00 karena mereka berdua sempat berhenti lama untuk istirahat, makan dan sholat di Indramayu.
“Jalanan udah sepi selagi kita sampai di Alas Roban karena jalanan yang semakin lama semakin gelap karena minimnya pencahayaan. Di kiri dan kanan juga tersedia pohon-pohon besar. Sesekali aku menemui bus antar provinsi yang melintas terhadap malam hari,” kata Agus.
Namun tiba-tiba terdengar suara layaknya benda terjatuh diatas mobil. Karena kaget dan bingung, Agus segera menepikan mobilnya ke tepi jalan. Mereka berdua pun mengecek suasana mobilnya dan Agus menemukan tersedia bekas lecet di atap mobilnya. Takut berjalan apa-apa, Agus pun mengecek suasana sekitar. Setelah mencari, mereka berdua tak menemukan apa-pun lantas kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan.
Belum lama berjalan, lagi-lagi Agus dikagetkan bersama dengan suara benturan. Kali ini suara berasal berasal dari depan mobil layaknya habis menabrak sesuatu.
“Aduh nabrak apaan kembali tuh, udah kamu di dalem aja biar aku yang turun Gus” kata Rifkan.
Setelah dicek oleh Rifkan, ternyata ban depan mobil bocor dan perlu ditambal. Agus kebingungan karena selagi itu udah pukul 01.30 WIB dan tak kemungkinan tersedia tambal ban yang buka. Agus juga udah tidak mempunyai ban cadangan lagi.
Agus dan Rifkan pun berjalan di jalan Alas Roban yang gelap dan sepi. Baru lebih dari satu menit berjalan, mereka melihat tersedia sinar remang-remang di ujung jalan. Ternyata itu adalah tambal ban.
“Kami pun berjalan menegaskan apakah itu tambal ban atau bukan. Setelah benar itu tambal ban, aku pun membawa mobilku ke tambal ban tersebut,” kata Agus.
Cukup lama Agus dan Rifkan memanggil-manggil tukang tambal ban. Namun tak segera keluar juga. Setelah memadai lama menunggu, Rifkan dikagetkan bersama dengan kedatangan laki-laki tua yang keluar secara tiba-tiba. RIfkan pun menjelaskan berkenaan suasana mereka dan dijawab oleh pria selanjutnya bahwa ia bisa memperbaiki ban mobil mereka.
Awalnya Agus dan Rifkan tak sangsi bersama dengan tambal ban itu. Namun lama kelamaan mereka berdua mencium bau menyan yang memadai menyengat. Dan diujung jalan, Rifkan melihat tersedia warung yang tetap buka. Ia pun mengajak Agus untuk ngopi disitu.
“Saat kita berada di warung, kita berpapasan bersama dengan truk. Supir truk itu melihat aneh ke arah kami. Entahlah,” tambah Agus.
Warung itu sederhana bersama dengan nuansa khas pedesaan yang bangunannya terbuat berasal dari anyaman bambu. Saat sampai disana, Agus melihat tersedia segerombolan anak kecil yang sedang bermain di samping warung. Agus heran mengapa bisa tersedia banyak anak kecil padahal selagi udah nyaris pagi. Begitu masuk, mereka disambut oleh seorang wanita yang belum terlalu tua mengenakan daster putih dan tersenyum kala melihat mereka.
Mereka berdua pesan kopi dan meminumnya sambil ngobrol mencairkan suasana. Agus pun mengulas berkenaan anak-anak yang bermain di samping warung. Rifkan yang mendengarnya pun heran dan segera mengecek ke samping warung dan kaget karena ia tak melihat anak-anak itu mirip sekali.
Suasana menjadi tegang. Ketika mereka berdua mencari ibu-ibu penjaga warung, ia menghilang. Sudah berulang-kali memanggil tapi tak tersedia jawaban. Bukan suara ibu penjaga warung, tapi mereka dikagetkan bersama dengan suara ketawa khas Kuntilanak.
“Kami pun bergegas keluar mencari sumber suara. Dan ternyata tersedia sesosok wanita menyeramkan sedang berdiri di samping pohon besar dekat warung. Matanya putih dan wajahnya pucat dan juga rambutnya terlalu panjang,” kata Agus
Agus dan Rifkan pun berlari kecemasan menghindari area itu dan bergegas kembali ke area tambal ban. Saat kembali, rupanya tambal ban itu juga menghilang entah kemana. Ternyata wilayah tambal ban itu adalah sebuah jurang. Untung mobil mereka tetap berada di pinggirnya.