Lawang Sewu dan Keangkeran yang Tertinggal
ruangmistis.xyz – SALAH satu landmark Kota Semarang di Provinsi Jawa Tengah yang rasanya tak boleh dilewatkan untuk dikunjungi waktu pelesiran ke “Kota Lumpia” itu, adalah Lawang Sewu. Banyak kisah-kisah mistis dan cap angker yang menempel terhadap bangunan khas bergaya Eropa itu.
Gedung tua ini sekarang berada di bawah naungan PT Kereta Api (KAI) Persero, tepatnya di bawah Unit Pelestarian Benda dan Bangunan Bersejarah. KAI sendiri berusaha keras untuk menghalau kesan seram terhadap bangunan yang tempo hari (27 Februari) tepat berusia 113 tahun itu.
Disebut Lawang Sewu konon berarti adalah “Seribu Pintu”. Namun terhadap sebenarnya kecuali senang “rajin” menghitungnya, jumlah pintu di bangunan ini tidak sampai segitu, lho!
Menilik sejarahnya, bangunan ini pertama kali dibikin terhadap 27 Februari 1904. Karena bangunan ini didirikan di zaman kolonialisme Belanda, pasti saja bangunannya terhitung dibikin oleh arsitek asal Negeri Tulip tersebut.
Adalah Cosman Citroen dari Firma Arsitektur JF Klinkhamer and BJ Quindag. Citroen merancang Lawang Sewu bersama dengan desain bergaya “Hindia Baru” untuk Kantor Pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Maskapai Perkeretaapian Hindia Belanda.
Bangunannya sudah sanggup digunakan terhadap 1 Juli 1907, namun baru terlalu rampung bangunan utama dan lebih dari satu bangunan lain di kompleks itu baru terhadap 1919. Lokasinya berada di tengah-tengah Kota Semarang , tepatnya Wilhelminaplein (kini Bundaran Tugu Muda) dan tak jauh dari Stasiun Besar Tawang yang awalnya, terhitung dijadikan Kantor Pusat NIS.
Ya, ternyata mulanya Lawang Sewu itu hanya sekadar kantor perkeretaapian Belanda dan sedianya tak menyimpan kisah-kisah menakutkan serupa sekali. Namun horor di daerah itu lahir akibat jaman pendudukan Jepang sejak 1942.
Banyak kejadian-kejadian yang mengerikan lahir di daerah itu, sejak Lawang Sewu dijadikan salah satu basis terbesar serdadu Dai Nippon (Jepang). Karena selain jadi daerah peristirahatan, gedung itu terhitung dijadikan daerah menyiksa, membunuh para pemuda pribumi, dan juga daerah perkosaan, penyiksaan dan pembunuhan kaum wanita pribumi dan “Indo” Belanda.
Di daerah gedung itu terhitung terkandung ruang bawah tanah atau bunker. Awalnya, ruang bawah tanah ini merupakan daerah cadanga air bersih di zaman Belanda. Tapi di zaman Jepang, justru dijadikan penjara bawah tanah.
Konon juga, di ruang bawah tanah yang ikut terkandung sebuah terowongan itu, kecuali ditelusuri sanggup sampai ke ruang bawah tanah Stasiun Tawang. Beberapa tahun lalu, lokasi bunker terhitung dulu dijadikan daerah beruji nyali oleh salah satu stasiun TV swasta.
Dulu sebelum akan dipugar, Lawang Sewu dijaga oleh lebih dari satu kuncen dengan sebutan lain juru kunci. Justru dikatakan, ramainya pengunjung ke Lawang Sewu itu di malam hari untuk bersafari malam. Kini, “wisata” macam itu sudah tak lagi eksis sejak dipugar PT KAI.
Beragam kisah mistis tetap tertinggal di Lawang Sewu. Salah satu yang paling dikenal adalah arwah seorang Noni (wanita) Belanda. Disebutkan, dia jadi salah satu korban pemerkosaan dan penyiksaan, sampai dipenggal Jepang. Arwahnya kerap bergentayangan di kira-kira Lawang Sewu.